Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat
kita sering mendengar atau melihat tentang berbagai peristiwa dan situasi sosial lainnya baik yang terjadi di negara kita tercinta Indonesia dan yang terjadi di negara-negara lainnya, baik negara berkembang atau negara maju, kadang pula kita membandingkan negara kita dengan negara lainnya dari segi sosial, agama, politik, bahkan ada pula yang membandingkan pemimpin negara. Dalam hal-hal tertentu (tidak harus seluruhnya), barangkali tidak ada salahnya kalau kita meniru dan belajar dari mereka agar kita bisa menjadi sejajar dengan mereka , menjadi bangsa yang maju, sejahtera dan terhormat. namun sangatlah tidak bijak jika kita membandingkan hanya karena ada rasa sinisme, rasa ketidak sukaan bahkan rasa antipati dalam berbangsa dan bernegara,
Untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan suatu negara atau bangsa bukan hanya ditentukan oleh para pemimpinnya yang cerdas, tetapi juga oleh seluruh anggota masyarakatnya yang cerdas. Masyarakat hanya bisa cerdas jika seluruh anggota masyarakat mau belajar! Inilah salah satu kunci utama keberhasilan kenapa sebuah negara atau bangsa bisa maju dan sejahtera.
Laju kehidupan yang berlangsung saat ini sangat cepat, dinamis dan diwarnai dengan kompetisi yang sangat tajam, sehingga mau tidak mau menuntut setiap orang untuk senantiasa belajar agar dia memiliki kemampuan antisipatif dan adaptif untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah kehidupan yang serba kompleks.
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berusaha memperoleh ilmu. Mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan informasi bisa dilakukan oleh setiap orang, baik melalui pendidikan formal, non formal ataupun belajar secara otodidak.
Hakikat dari pendidikan itu sendiri adalah untuk memanusiakan manusia. Seorang guru memiliki amanah yang besar. Selanjutnya, apabila seorang guru keliru dalam proses pembelajaran di ruang kelas, maka hal tersebut berdampak pula kepada peserta didik, baik itu dampak positif atau negatif.
Oleh karena itu, tugas seorang guru tidak hanya sekadar menggugurkan kewajibannya sebagai pengajar. Guru tidak boleh hanya sekedar masuk kelas lalu menjelaskan materi sesuai silabus yang telah dibuatnya dan memberikan tugas kepada peserta didik, lalu keluar kelas. Hal itu dilakukan oleh guru secara berulang-ulang di ruang kelas tanpa mementingkan seberapa besar dampak proses pengajaran yang telah diberikan kepada peserta didiknya dan tanpa melihat adanya perubahan ke arah yang lebih baik dari peserta didik.
Predikat Guru yang sudah terlanjur tersematkan sebagai pahlawan tanda jasa, mestinya harus selalu menjadi cambuk agar guru dapat lebih profesional dalam mengajar, dengan predikat seperti itu guru tidak boleh merasa "cukup" dengan kekurangan yang ada, tidak boleh pula merasa jumawa atau besar kepala dengan ilmu yang telah dimilikinya.
Mengambil perkataan dari seorang guru, “Sekalipun telah menjadi guru, tetap saja guru adalah pembelajar sepanjang hayat. Maka, tidak ada lagi alasan seorang guru untuk berhenti karena lelah mengeksplorasi diri”. Artinya, seorang guru harus terus belajar mengerahkan segala potensi dan kelebihannya, salah satunya yaitu belajar dan mempelajari seluruh aspek tentang pendidikan, belajar kepada sesama guru, peserta didik, dan kepada semua kalangan. Pada saat ini ada banyak sekali komunitas yang menunjang para guru yang ingin bersama-sama terus belajar mengeksplorasi kemampuannya, salah satunya adalah Komunitas Guru Belajar (KGB) yang berada di Kabupaten Tangerang (Komunitas ini bisa diikuti oleh semua kalangan, baik yang telah menjadi guru, calon guru dan non guru, komunitas ini telah ada di beberapa daerah Indonesia).
Guru yang berhasil dan sukses dalam mendidik peserta didiknya bukan hanya dilihat dari nilai raport seorang peserta didik, akan tetapi dari karakter, perilaku, sikap dan tingkah laku peserta didik. Hal itu dapat dilakukan oleh seorang guru yang bisa memberikan pengajaran dan pembelajaran yang baik yang sesuai kondisi fisik dan psikis peserta didik. Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan proses pengajaran dan pembelajaran yang menarik dan kreatif di ruang kelas untuk peserta didiknya. Mengapa seorang guru harus kreatif? Sebab, di zaman modern seperti ini seorang guru yang kreatif sangat diperlukan dan dibutuhkan agar proses pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dapat diterima sesuai dengan kondisi atau keadaan peserta didik. Guru yang kreatif adalah yang bisa mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya yang kemudian dapat mengembangkan dan mengeskplorasi kemampuannya tersebut di ruang kelas pada peserta didiknya.
Guru yang kreatif adalah guru yang memiliki komitmen lebih untuk dirinya agar menjadi pembelajar yang baik dan menantang dirinya agar menjadi pendidik yang baik serta kreatif. Menurut Gia Ghaliyah, ada delapan ciri guru kreatif yaitu:
pertama, berpikir inovatif dan out of the box,
kedua, percaya diri dan selalu ingin berkembang,
ketiga, tidak gaptek (gagap teknologi) dan terus belajar,
keempat, selalu mencoba hal baru dan tidak gengsi,
kelima, peka menemukan talenta siswanya
keenam, pandai memanfaatkan “apa yang ada”,
ketujuh, mengajar dengan cara menyenangkan,
kedelapan, tidak berorientasi pada UANG dan STATUS semata.
Apabila seorang guru memiliki beberapa ciri guru yang kreatif seperti di atas, maka akan dengan mudah dan baik proses pembelajaran yang akan dilakukan di ruang kelas bersama peserta didiknya. Peserta didik yang memiliki ilmu yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, bergantung dari siapa dan seperti apa pendidikan yang ia dapatkan.
Sumber bacaan :
https://kumparan.com/nia-firdayanti1528078126092/guru-pembelajar-sepanjang-hayat?ref=rel
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/16/menuju-masyarakat-belajar/
Komentar
Posting Komentar